Hei, Kau, Apa Kabar?: Satu
sumber: barbarashallue |
Hei, kau. Ya, kau. Apa kabar?
Ah, tidak perlu kaujawab sebenarnya. Aku tau kau baik-baik saja hari ini. Ketara sekali dengan wajah ceriamu yang menyapaku siang tadi.
Oh iya, apa kau tau? Entah mengapa akhir-akhir ini aku selalu menantikan kehadiranmu. Setiap kali kelas berakhir, selalu kupalingkan wajahku ke arah sudut kanan gedung fakultas, menantikan sosokmu dari balik belokan koridor. Saat kau menyapa, rasaku kedua kaki ini melemas dan sepasang bibir dipaksa agar tidak bergetar membalas. Dan saat kau tidak menggubris keberadaanku, ada yang menyayati kalbu ini rasa-rasanya.
Percayalah, dulu aku tidak seperti ini. Dulu, aku tidak pernah seantusias ini menunggu sapaanmu. Dulu, aku tidak peduli bila kau tidak menyadari kehadiranku di dekatmu—bahkan aku sendiri terkadang tidak tau kau berada di hadapanku jika kau tidak meng-‘yo’-kanku terlebih dahulu.
Aneh sekali, bukan?
Dan seperti biasa, pada petang itu, kau mengajakku pulang bersama. Singgah sebentar di kedai roti favorit kita untuk mengemil sore. Lalu, apa kau tau? Lagi-lagi aku menantikan ajakanmu, juga saat-saat kita membeli roti bersama. Aku memilih cinnamon rolls dan susu vanila kemasan, sedangkan hari ini kau mengambil anpan isi kastanye beserta milkshake moka. Aku menyeringai puas, berkali-kali bergumam 'sudah kuduga' di dalam kepala ketika intuisi ini benar adanya. Ah, mengamatimu tidak pernah tidak menyenangkan, kau tau?
Aku senang. Amat-teramat senang. Walaupun aku tau kebersamaan itu tidak hanya milik kita berdua saja, karena teman-teman yang lain turut meramaikan. Beramai-ramai pulang. Beramai-ramai mengobrol di dalam kereta listrik. Tetapi, entahlah, rasa amat-teramat senang itu tidak berkurang walau kau lebih sering berbincang dengan yang lain daripada bersamaku.
Malam itu, kau berucap, “Sampai jumpa besok, Kawashima-san!” dan menutupnya dengan cengiran serta lambaian tanganmu ke arahku. Apa kau tau? Sesampainya di flat, segera kuberlari ke tempat tidur dan meredam wajahku dengan bantal. Entah sudah berapa lama aku meredam teriakan girangku malam itu, hanya karena dua jam kebersamaan kita hari ini.
Sekali lagi, apa kabar, Ishikawa-kun? Jika kau bertanya mengenai kabarku, hari ini aku merasa luar biasa bahagia. Dan kau lah adalah alasan yang dapat kuberikan.
Tertanda,
Ringo Kawashima, teman baikmu yang entah karena angin apa bisa menyukaimu.
0 komentar: